![]() |
| Foto : Tengku Said Hasrian |
Dumai, SelayangNews.com - Suara lantang dan penuh empati datang dari Kota Dumai. Tengku Said Hasrian, salah satu tokoh muda asal Daerah Pesisir itu, akhirnya angkat bicara terkait kasus hukum yang menjerat Gubernur Riau terpilih, Abdul Wahid, yang belakangan menjadi sorotan publik dan bahan olok-olok di media sosial.
Dalam keterangannya, Sabtu (8/11/2025), Tengku Said menyampaikan keprihatinan mendalam atas nasib sang gubernur terpilih, namun di sisi lain tetap mengapresiasi kinerja KPK yang disebutnya telah menjalankan tugas penegakan hukum secara profesional di Bumi Lancang Kuning.
Namun nada bicara Tengku Said bukan sekadar basa-basi. Ia menyentil keras perilaku sebagian masyarakat yang dengan enteng menertawakan dan mencaci seseorang yang sedang menghadapi ujian hukum.
"Hari ini banyak suara berseliweran, ada yang mencaci, menertawakan, ada yang bersedih, tapi sedikit yang mendoakan. Semua itu wajar, tapi jangan sampai hati kita menjadi lebih kejam dari hukum," tegasnya.
Tengku Said menegaskan, dirinya tidak sedang membela Abdul Wahid, tapi menyerukan agar publik tidak kehilangan empati di tengah hiruk pikuk politik dan hukum.
"Saya tidak membenarkan yang salah, tapi juga tidak ingin menyalakan api kebencian. Biarlah hukum bekerja, tapi hati manusia jangan ikut mati," ucapnya tegas.
Dalam pengakuannya, Tengku Said juga menyampaikan bagaimana ia pernah berinteraksi langsung dengan Abdul Wahid, sosok yang menurutnya rendah hati, terbuka, dan menghargai siapa pun tanpa melihat status sosial.
"Saya pernah kecewa, iya. Tapi bukan berarti harus membenci. Saya melihat beliau itu orang yang sabar dan tulus. Pernah di acara di Balai Sri Bunga Tanjung, beliau sendiri yang mengajak warga yang malu-malu untuk foto bersama," kisahnya.
Di tengah badai kasus yang menimpa Abdul Wahid, Tengku Said justru mengajak masyarakat untuk tidak terjebak pada politik dendam dan kebencian.
"Jangan gara-gara beda pilihan di Pilkada, kita jadi kehilangan nilai kemanusiaan. Hari ini mungkin beliau yang diuji, tapi esok bisa jadi kita atau keluarga kita," katanya dengan nada reflektif.
Pesan terakhirnya begitu tajam menusuk:
"Panggung politik sudah usai, kini saatnya kita kembali bersatu sebagai anak negeri Lancang Kuning. Kekuatan sejati bukan saat kita dipuji, tapi ketika kita tetap tegar meski dicaci."
Pernyataan Tengku Said Hasrian ini sontak menjadi pembicaraan hangat di kalangan warganet Riau. Sebagian memuji keberaniannya bersuara di tengah arus hujatan, sebagian lagi menilai pernyataannya sebagai "tamparan moral" bagi publik yang terlalu mudah menghakimi.
Satu hal yang pasti, di tengah gaduhnya kasus Abdul Wahid, suara Tengku Said Hasrian hadir seperti seruan nurani dari pesisir Dumai, mengingatkan bahwa sebelum kita menghakimi orang lain, sebaiknya kita bertanya dulu: apakah hati kita masih manusia?
Editor : Redaksi
