--> -- -->

Iklan

Tentang Mereka Yang Terabaikan, Pergulatan Para Pemenang.

Rabu, 03 September 2025, September 03, 2025 WIB Last Updated 2025-09-03T17:14:18Z

 


Oleh : Tengku Said Hasrian


Dumai, SelayangNews.com - Persaingan hebat tidak harus dibangun di atas kebencian, mereka dibangun atas dasar rasa hormat, diatas rasa hormat terhadap keunggulan.


Tentu saja tulisan ini tidak merujuk pada suatu kasus tentang dinamika suatu tim sukses pilkada, baik itu ditempat, apalagi spesifik tim sukses tertentu, opini ini dirangkum dari banyak kejadian secara umum terjadi pasca kemenangan pilkada, kalaupun ada kesamaan kisah hanya suatu kebetulan belaka.


Perasaan terabaikan menjadi narasi umum yang kerap terjadi pasca kemenangan, keluhan tidak dapat bertemu lagi dengan sang calon, setelah dibantu habis-habisan baik itu materi, tenaga pikiran dan waktu, harapan untuk tetap berada di lingkaran utama serta banyak menerima manfaat setelah kemenangan di raih lambat laun berganti dengan keluhan kekecewaan.


Jangan sampai kena syndrom merasa ditinggalkan, terabaikan, terlupakan, atau juga tersisihkan, setelah kemenangan, tim seolah mengecil terkotak-kotakan, untuk sebuah kepentingan yang tidak lagi sama dan seirama.


Tidak usah merasa diabaikan, komunikasi mesti ditingkatkan karena tanggung jawab pasca kemenangan itu berat.


Sejati nya, dalam politik, tidak ada yang ditinggalkan, mereka yang pernah menjadi bagian dari perjuangan politik akan selalu ada dalam ingatan politik, seorang pemimpin menaruh mereka di dalam pikiran dan hati, setiap kisah perjuangan bersama selalu jadi asupan etis untuk saling mengikat, kisah politik adalah kisah persaudaraan yang terikat dalam ingatan politis, hanya karena kepentingan yang berbeda-beda perasaan ditinggalkan itu mengemuka.


Dalam keyakinan tidak ada lupa ini, lalu di sangkutkan dengan satire politik pilkada "kalo jadi, lupa", sesuatu yang pasti terjadi, meski secara parsial tak menyeluruh pada semua tim. Pemimpin selalu punya indera etis untuk melihat mana kawan, mana lawan, justru yang bisa nya yang ada adalah politisasi ditinggalkan, biar bisa menggiring emosi dan persepsi publik, akar soalnya cuma satu miskomunikasi.


Dari kepentingan ini realitas minor politik praktis kita, lumrah, siapa yang terlibat politik praktis meminta hak, semacam meminta komitmen dari perjanjian yang tak pernah dibuat tetapi mesti dimengerti, tidak ada makan siang gratis, jika sudah memberi, maka wajib menerima balasan lebih, itu biasa dalam politik riil, tapi biasa juga untuk di ingkari dengan realitas situasi yang berubah.


Sosialis emang, namun itulah politik dalam hal yang paling praktis, mereka yang berjuang dalam politik pasti menyelipkan kepentingan minornya dibawah kepentingan mayor, tanpa itu politik tidak berjalan.


Bagi mereka yang mendapatkan bagian, semuanya tidak menjadi soal, semua akan baik-baik saja, sang pemenang menikmati semuanya.


Lantas apa yang membuat kawan politik merasa terlepas dari rantai kekuasaan? Soalnya lagi-lagi adalah komunikasi, justru pasca kemenangan politik, mereka tak lagi sempat merapatkan barisan, apapun keperluan mesti dikomunikasikan, cukup sapa, lalu sebutkan apa permintaan, toh, tidak semua apa yang diinginkan diketahui atau dipahami oleh sang pemimpin, tidak perlu malu, apalagi canggung, perkawanan politik itu sudah jadi bekal, dan kawan mesti datang tak sebagai penyamun.


Tim sukses tidak akan pernah melepaskan identitas dirinya sebagai wajah dari pemimpin, oleh karena sudah menjadi keharusan apabila kepentingan masyarakat terpenuhi, maka kepentingan individu akan terpenuhi dan inilah kebahagiaan hidup manusia sebagai makhluk sosial, karena persaingan apapun yang terjadi dalam tim sukses, jangan lah persaingan yang dibangun atas suatu kebencian.




- Tim Pemenangan Walikota Dumai Zul As 2 Periode.

- Tim Pemenangan Walikota Dumai Paisal 2 Priode.

- Tim Pemenangan Calon Gubernur Provinsi Riau Syamsuar.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Olahraga

+